Lima Pesan Menag Pada Adik-Adik Pramuka Madrasah
Magelang (Pinmas) —- Perkemahan Pramuka Madrasah Nasional (PPMN)
yang pertama di Lapangan Akmil Magelang Jawa Tengah resmi dibuka
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Selasa (12/05). Di hadapan lebih
dari seribu adik-adik pramuka yang merupakan siswa-siswi Madrasah Aliyah
perwakilan setiap provinsi di Indonesia, Menag menyampaikan lima
pesan.
“Melalui momentum PPMN tahun 2015 ini, saya akan memberikan pesan dan harapan,” kata Menag dalam sambutannya saat membuka PPMN I.
Pertama, jadikan pramuka sebagai sebuah gerakan. Menurutnya, sebagai sebuah gerakan, semua pihak dituntut untuk berkontribusi dalam menanamkan dan mengimplementasikan Dasa Dharma Pramuka dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. “(Pramuka) Tidak hanya menjadi kewajiban siswa yang masih aktif sekolah, tetapi juga harus ada sinergi dengan para alumni madrasah,” jelasnya.
Kedua, bangga menjadi bagian anggota gerakan Pramuka. Dikatakan Menag bahwa kegiatan pramuka seperti ini merupakan awal yang baik untuk berlatih menjadi pemimpin dan warga negara yang hebat, kuat, dan berkarakter. “Percuma kita pintar dan mempunyai IQ tinggi, jika kita tidak bermanfaat bagi sesama,” tegasnya.
Ketiga, jadilah anggota pramuka yang berkarakter dan berintegritas. “Anggota pramuka dituntut tetap memegang nilai-nilai idealisme yang tinggi agar kiprahnya bisa bermanfaat bagi orang lain,” katanya.
“Ingat, anggota pramuka bukan hanya berfikir untuk diri sendiri, tapi apa yang bisa dilakukan untuk orang lain,” tambahnya.
Keempat, isi kegiatan pramuka dengan aktivitas yang bermanfaat untuk masa depan. Menurutnya, pramuka di madrasah harus dapat menjadi benteng pertahanan penyebaran virus dekadensi moral remaja, seperti penyalahgunaan narkoba, miras, seks bebas, tawuran pelajar, dan radikalisme agama.
Kelima, PPMN tidak hanya menjadi ajang perkenalan dan pertemuan biasa. Menag berharap PPMN bisa menjadi momentum menjalin jaringan dan mempererat ukhuwwah islamiyah untuk masa depan bangsa yang lebih baik.
“Maju mundurnya bangsa ini ke depan sangat tergantung dari bagaimana kita selaku generasi muda mendapat binaan, pendidikan, dan tempaan kepemimpinan yang baik,” pekiknya.
“Saya yakin, gerakan pramuka merupakan ajang pengasahan keterampilan kepemimpinan yang baik dan penanaman karakter unggul bagi generasi muda bangsa,” tandasnya. (ros/mkd/mkd)
(Sumber : http://www.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=259321)
“Melalui momentum PPMN tahun 2015 ini, saya akan memberikan pesan dan harapan,” kata Menag dalam sambutannya saat membuka PPMN I.
Pertama, jadikan pramuka sebagai sebuah gerakan. Menurutnya, sebagai sebuah gerakan, semua pihak dituntut untuk berkontribusi dalam menanamkan dan mengimplementasikan Dasa Dharma Pramuka dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. “(Pramuka) Tidak hanya menjadi kewajiban siswa yang masih aktif sekolah, tetapi juga harus ada sinergi dengan para alumni madrasah,” jelasnya.
Kedua, bangga menjadi bagian anggota gerakan Pramuka. Dikatakan Menag bahwa kegiatan pramuka seperti ini merupakan awal yang baik untuk berlatih menjadi pemimpin dan warga negara yang hebat, kuat, dan berkarakter. “Percuma kita pintar dan mempunyai IQ tinggi, jika kita tidak bermanfaat bagi sesama,” tegasnya.
Ketiga, jadilah anggota pramuka yang berkarakter dan berintegritas. “Anggota pramuka dituntut tetap memegang nilai-nilai idealisme yang tinggi agar kiprahnya bisa bermanfaat bagi orang lain,” katanya.
“Ingat, anggota pramuka bukan hanya berfikir untuk diri sendiri, tapi apa yang bisa dilakukan untuk orang lain,” tambahnya.
Keempat, isi kegiatan pramuka dengan aktivitas yang bermanfaat untuk masa depan. Menurutnya, pramuka di madrasah harus dapat menjadi benteng pertahanan penyebaran virus dekadensi moral remaja, seperti penyalahgunaan narkoba, miras, seks bebas, tawuran pelajar, dan radikalisme agama.
Kelima, PPMN tidak hanya menjadi ajang perkenalan dan pertemuan biasa. Menag berharap PPMN bisa menjadi momentum menjalin jaringan dan mempererat ukhuwwah islamiyah untuk masa depan bangsa yang lebih baik.
“Maju mundurnya bangsa ini ke depan sangat tergantung dari bagaimana kita selaku generasi muda mendapat binaan, pendidikan, dan tempaan kepemimpinan yang baik,” pekiknya.
“Saya yakin, gerakan pramuka merupakan ajang pengasahan keterampilan kepemimpinan yang baik dan penanaman karakter unggul bagi generasi muda bangsa,” tandasnya. (ros/mkd/mkd)
(Sumber : http://www.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=259321)

Jakarta (Pinmas) —- Maju dan tidaknya pendidikan Islam di Indonesia tergantung bagaimana komitmen Pemerintah terhadap lembaga pendidikan tersebut. Komitmen ini penting mengingat lebih dari 90 persen madrasah di Indonesia misalnya, dikelola oleh masyarakat atau swasta.
Mantan Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Yahya Umar menjelaskan,
bahwa madrasah swasta harus mendapat perhatian yang lebih ketimbang
madrasah negeri. Sebab, mayoritas madrasah di negeri ini berstatus
swasta. “Berikan yang mereka butuhkan,” katannya saat memberikan materi
dalam acara persiapan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) MAN Insan
Cendekia, di Hotel Horison, Bogor, Sabtu (09/05).
Perhatian itu, lanjut Yahya, salah satunya dengan memberikan bantuan
penguatan pendidikan, baik sarana prasarana maupun peningkatakan
kapasitas SDM. Terkait ini, Yahya menilai pemberian bantuan dengan pola
“hujan gerimis”, hanya bersifat stimulus, kurang strategis dalam
peningkatan kualitas pendidikan madrasah. “Kebijakan model hujan gerimis
yang merata seperti itu harus dihapuskan,” tukasnya. baca selengkapnya di sini
Madrasah dari Masa ke Masa
Sumber : NU Online
Oleh KH MA Sahal Mahfudh
Berbicara tentang perkembangan madrasah
tidak bisa lepas dari perkembangan Islam di Indonesia. Bermula dari
keinginan para pemeluk Islam mempelajari dan mendalami lebih jauh
tentang ajaran agamanya, muncul pendidikan agama yang secara sporadis
dilaksanakan di rumah-rumah, langgar, masjid, lalu berkembang menjadi
lembaga yang disebut pondok pesantren.
Pesantren menjadi lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Sejarah tidak mencatat secara persis kapan pesantren mulai ada. Namun sekurang-kurangnya bisa diketahui, pada awal abad ke-17 terdapat pesantren di Jawa yang didirikan oleh Sunan Malik Ibrahim di Gresik (tahun 1619).
Pesantren menjadi lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Sejarah tidak mencatat secara persis kapan pesantren mulai ada. Namun sekurang-kurangnya bisa diketahui, pada awal abad ke-17 terdapat pesantren di Jawa yang didirikan oleh Sunan Malik Ibrahim di Gresik (tahun 1619).
Baru pada akhir abad ke-19, Belanda atas
saran Snouck Hurgronje mulai memperkenalkan sistem pendidikan klasikal
untuk memperluas pengaruh pemerintah kolonialnya dan menandingi pengaruh
pesantren yang luar biasa. Pesantren selalu waspada terhadap politik
etis Belanda.
Setelah menyadari perlunya perubahan
atau penambahan sistem pendidikannya, maka baru pada awal abad ke-20,
pesantren memperkenalkan sistem klasikal yang disebut madrasah. Sistem
ini dilengkapi dengan pengetahuan umum -walaupun masih sangat terbatas-
sebagai jawaban positif atas terjadinya perubahan-perubahan akibat
politik etis kolonial.
Madrasah sudah mengajarkan pengetahuan
umum sejak awal, sesuai dengan kebutuhan. Namun ia tetap merupakan
pengembangan dari pesantren, menekankan pendidikan keagamaan Islam,
terutama menyangkut disiplin akidah, syari’ah dan akhlak. Titik tekan
ini masih mampu dipertahankan secara mencolok sampai akhir masa
penjajahan Jepang. Baca Selengkapnya
Bagi yang membutuhkan JUKNIS BOS MI dan MTs Tahun 2015 silahkan download di sini dan JUKNIS BOS MA Tahun 2015 di sini
Bagi yang membutuhkan JUKNIS BOS MI dan MTs Tahun 2015 silahkan download di sini dan JUKNIS BOS MA Tahun 2015 di sini

"/>" />
"/>" />
"/>" />
"/>" />
"/>" />
"/>" />
"/>" />
"/>" />
"/>" />
Tidak ada komentar:
Posting Komentar