___

Penerimaan Peserta Didik Baru Tahun Ajaran 2024/2025 dimulai 10 - 22 Juni 2024

Info Umum



Lima Pesan Menag Pada Adik-Adik Pramuka Madrasah

Magelang (Pinmas) —- Perkemahan Pramuka Madrasah Nasional (PPMN) yang pertama di Lapangan Akmil Magelang Jawa Tengah resmi dibuka Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Selasa (12/05).  Di hadapan lebih dari seribu adik-adik pramuka yang merupakan siswa-siswi Madrasah Aliyah perwakilan setiap provinsi di Indonesia, Menag menyampaikan lima pesan.
“Melalui momentum PPMN tahun 2015 ini, saya akan memberikan pesan dan harapan,” kata Menag dalam sambutannya saat membuka PPMN I.
Pertama, jadikan pramuka sebagai sebuah gerakan. Menurutnya, sebagai sebuah gerakan, semua pihak dituntut untuk berkontribusi dalam menanamkan dan mengimplementasikan Dasa Dharma Pramuka dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. “(Pramuka) Tidak hanya menjadi kewajiban siswa yang masih aktif sekolah, tetapi juga harus ada sinergi dengan para alumni madrasah,” jelasnya.
Kedua, bangga menjadi bagian anggota gerakan Pramuka. Dikatakan Menag bahwa kegiatan pramuka seperti ini merupakan awal yang baik untuk berlatih menjadi pemimpin dan warga negara yang hebat, kuat, dan berkarakter. “Percuma kita pintar dan mempunyai IQ tinggi, jika kita tidak bermanfaat bagi sesama,” tegasnya.
Ketiga, jadilah anggota pramuka yang berkarakter dan berintegritas. “Anggota pramuka dituntut tetap memegang nilai-nilai idealisme yang tinggi agar kiprahnya bisa bermanfaat bagi orang lain,” katanya.
“Ingat, anggota pramuka bukan hanya berfikir untuk diri sendiri, tapi apa yang bisa dilakukan untuk orang lain,” tambahnya.
Keempat, isi kegiatan pramuka dengan aktivitas yang bermanfaat untuk masa depan. Menurutnya, pramuka di madrasah harus dapat menjadi benteng pertahanan penyebaran virus dekadensi moral remaja, seperti penyalahgunaan narkoba, miras, seks bebas, tawuran pelajar, dan radikalisme agama.
Kelima, PPMN tidak hanya menjadi ajang perkenalan dan pertemuan biasa. Menag berharap PPMN bisa menjadi momentum menjalin jaringan dan mempererat ukhuwwah islamiyah untuk masa depan bangsa yang lebih baik.
“Maju mundurnya bangsa ini ke depan sangat tergantung dari bagaimana kita selaku generasi muda mendapat binaan, pendidikan, dan tempaan kepemimpinan yang baik,” pekiknya.
“Saya yakin, gerakan pramuka merupakan ajang pengasahan keterampilan kepemimpinan yang baik dan penanaman karakter unggul bagi generasi muda bangsa,” tandasnya. (ros/mkd/mkd)
(Sumber : http://www.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=259321)












Jakarta (Pinmas) —- Maju dan tidaknya pendidikan Islam di Indonesia tergantung bagaimana komitmen Pemerintah  terhadap lembaga pendidikan tersebut. Komitmen ini penting mengingat lebih dari 90 persen madrasah di Indonesia misalnya, dikelola oleh masyarakat atau swasta.
Mantan Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Yahya Umar menjelaskan, bahwa madrasah swasta harus mendapat perhatian yang lebih ketimbang madrasah negeri. Sebab, mayoritas madrasah di negeri ini berstatus swasta. “Berikan yang mereka butuhkan,” katannya saat memberikan materi dalam acara persiapan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) MAN Insan Cendekia, di Hotel Horison, Bogor, Sabtu (09/05).
Perhatian itu, lanjut Yahya, salah satunya dengan memberikan bantuan penguatan pendidikan, baik sarana prasarana maupun peningkatakan kapasitas SDM. Terkait ini, Yahya menilai pemberian bantuan dengan pola “hujan gerimis”, hanya bersifat stimulus,  kurang strategis dalam peningkatan kualitas pendidikan madrasah. “Kebijakan model hujan gerimis yang merata seperti itu harus dihapuskan,” tukasnya. baca selengkapnya di sini






Madrasah dari Masa ke Masa


Sumber : NU Online
Oleh KH MA Sahal Mahfudh
Berbicara tentang perkembangan madrasah tidak bisa lepas dari perkembangan Islam di Indonesia. Bermula dari keinginan para pemeluk Islam mempelajari dan mendalami lebih jauh tentang ajaran agamanya, muncul pendidikan agama yang secara sporadis dilaksanakan di rumah-rumah, langgar, masjid, lalu berkembang menjadi lembaga yang disebut pondok pesantren.

Pesantren menjadi lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Sejarah tidak mencatat secara persis kapan pesantren mulai ada. Namun sekurang-kurangnya bisa diketahui, pada awal abad ke-17 terdapat pesantren di Jawa yang didirikan oleh Sunan Malik Ibrahim di Gresik (tahun 1619).
Baru pada akhir abad ke-19, Belanda atas saran Snouck Hurgronje mulai memperkenalkan sistem pendidikan klasikal untuk memperluas pengaruh pemerintah kolonialnya dan menandingi pengaruh pesantren yang luar biasa. Pesantren selalu waspada terhadap politik etis Belanda.
Setelah menyadari perlunya perubahan atau penambahan sistem pendidikannya, maka baru pada awal abad ke-20, pesantren memperkenalkan sistem klasikal yang disebut madrasah. Sistem ini dilengkapi dengan pengetahuan umum -walaupun masih sangat terbatas- sebagai jawaban positif atas terjadinya perubahan-perubahan akibat politik etis kolonial.
Madrasah sudah mengajarkan pengetahuan umum sejak awal, sesuai dengan kebutuhan. Namun ia tetap merupakan pengembangan dari pesantren, menekankan pendidikan keagamaan Islam, terutama menyangkut disiplin akidah, syari’ah dan akhlak. Titik tekan ini masih mampu dipertahankan secara mencolok sampai akhir masa penjajahan Jepang. Baca Selengkapnya

Bagi yang membutuhkan JUKNIS BOS MI dan MTs Tahun 2015 silahkan download di sini dan JUKNIS BOS MA Tahun 2015 di sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selayang Pandang

 photo Madrasah_zpsd22c3ca6.jpg"/>" />  photo Kunjungan_zps375b0c0b.jpg"/>" />  photo Beasiswa_zpsde51363d.jpg"/>" />  photo Wajok2_zpsb2a583e6.jpg"/>" /> "/>" /> "/>" /> "/>" /> "/>" /> "/>" /> "/>" /> "/>" />